Sejarah Penemuan Mesin Diesel
Penemu
mesin diesel (mesin minyak aslinya) adalah Rudolf Christian Karl Diesel,
seorang insinyur berkebangsaan Jerman yg lahir di Paris 1858. Mesin ciptaannya
ini sangat-sangat revolusioner, sudah menggunakan bahan bakar nabati, seperti
minyak kacang dan minyak ganja, ketimbang bahan bakar fossil (bensin cs).
Pada usia 14 tahun, Rudolf Diesel mengirimkan surat
kepada orangtuanya yang berisikan cita-citanya untuk menjadi seorang insinyur,
dan setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menjadi murid terbaik di
kelasnya pada tahun 1873, dia melanjutkan sekolahnya di School of Augsburg.
Selanjutnya pada tahun 1875, dia menerima beasiswa dari Royal Bavarian Polytechnic
di Munich, dimana saat itu Rudolf Diesel terpaksa menentang keinginan
orangtuanya yang kesulitan keuangan dan mengharapkan agar Rudolf mulai
bekerja untuk mencari penghasilan.
Sambil kuliah, Rudolf Diesel bekerja di sebuah pabrik dan
mendapatkan banyak pengalaman dari tempatnya bekerja. Pada tahun 1880, Diesel
lulus dari universitasnya dan mendapatkan kehormatan sebagai murid dengan nilai
akademik terbaik.
Rudolf Diesel mengadakan penelitian, bagaimana agar
penggunaan bahan bakar pada suatu mesin menjadi lebih efisien. Dia tahu bahwa
mesin-mesin uap yang ada pada jamannya, hanya memiliki tingkat efisiensi
sebesar 10-15%. Dia kemudian merancang sebuah mesin dengan bahan bakar yang
disemprotkan kedalam ruang kompresi dimana bahan bakar tersebut akan
terbakar akibat panas yang timbul akibat kompresi. Mesin inilah yang kita
kenal sekarang dengan Mesin Diesel. Impian Diesel untuk menciptakan
mesin dengan efisiensi tinggi menjadi tercapai, karena sumber bahan bakar untuk
mesin diesel yang dipakai sekarang dan kita kenal dengan nama 'diesel'
adalah minyak sisa dari hasil penyaringan bensin.
Padahal jaman itu (akhir abad 19 dan awal abad 20) mana ada orang mikir krisis energi minyak, apalagi global warming.
Sedemikian hebatnya itu mesin, membuat pesaing2nya di dunia otomotif gigit jari. Hingga di bulan September 1913, Diesel hilang secara misterius dari kabin kamarnya di kapal SS Dresden saat bepergian dari Jerman ke Inggris. Baru lima hari kemudian mayatnya ditemukan terapung di Sungai Scheldt (Jerman). Tak seorang pun bisa menyibak misteri di balik kematian Diesel tersebut.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1937 di Jepang, berdirilah sebuah pabrik mesin bernama Tokyo Jidosha Kogyo Company yg belakangan berganti nama jadi Isuzu, yg line product-nya adalah Mesin Diesel! Konon salah seorang murid/asisten Diesel berhasil mengcopy seluruh desain rancang bangun mesin tersebut dan mengembangkannya di Jepang atas perintah Kaisar Tenno Haika Hirohito u/ menjalankan mesin perangnya di Asia Pasifik.
Selama Perang Dunia II, Jepang membumi hanguskan semua sumur minyak milik kolonial Belanda, Inggris dan Perancis di Asia Tenggara. Namun, di sisi lain, Jepang juga memerintahkan anak jajahannya u/ menanam jarak pagar, yg bijinya diperas u/ dijadikan biodiesel yg menggerakkan tank dan kapal perang mereka.
Balatentara Jepang dgn mesin perang bermesin dieselnya nyaris tak terkalahkan oleh Amerika Serikat. Hanya 4 buah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki lah yg mampu menghentikan laju gerak pasukan bersepatu karet tersebut melibas Asia-Pasifik. Sementara Jendral Douglas MacArthur tergopoh-gopoh balik menyerang dengan risiko kekurangan suplai minya bensin di sepanjang jalur penyerangannya di Pasifik Selatan, yg boleh dibilang mendahulukan merebut sumur-sumur minyak di Papua, Sulawesi dan Kalimantan!
Makanya jangan heran kenapa mesin diesel masih berbahan bakar solar (temannya bensin khan), bukan minyak jarak atau minyak kelapa sawit. Semua lantaran pelaku industri minyak tidak mau rugi dan digulung oleh petani kacang, kelap asawit dan jarak pagar!
Pada saat menerima hak paten atas mesin ciptaannya di Pekan Raya Paris 1912, Rudolf Diesel menyampaikan pidato yg sangat-sangat berarti di era Global Warming saat ini:
“Der Gebrauch von Pflanzenöl als Krafstoff mag heute unbedeuntend sein. Aber derartige Produkte können im Laufe der Zeit obenso wichtig werden wie Petroleum und diese Kohle-Teer-Produkte von heute.” (Pemakaian minyak nabati sebagai bahan bakar untuk saat ini sepertinya tidak berarti, tetapi pada saatnya nanti akan menjadi penting, sebagaimana minyak bumi dan produk tir-batubara saat sekarang).
berat dan memiliki bentuk yang lebih kaku dan
kokoh dari mesin bensin sehingga mesin diesel tidak digunakan untuk mesin
pesawat terbang, tetapi mesin diesel berkembang luas sehingga banyak dipakai
oleh pabrik, kapal laut, kapal selam, lokomotif dan mobil modern. Mesin diesel
mempunyai keuntungan karena lebih irit bahan bakar daripada mesin dengan bahan
bakar bensin. Rudolf Diesel khususnya tertarik untuk menggunakan abu batu bara
ataupun minyak sayur sebagai bahan bakar, dan kenyataannya, mesin yang
dirancangnya memang dapat berjalan dengan menggunakan minyak sayur.
No comments:
Post a Comment